Apakah anda Pernah nonton serial kartun TV
Curious George? Jika belum, coba anda menontonya. Awalnya saya tidak sengaja
melihatnya . Saat tanpa sengaja saya menonton. nyaLama kelamaan
serial TV ini menjadi tayangan favorit saya.
Di serial itu saya ‘berkenalan’ dengan
si Pria bertopi Kuning dan kera lucu nan
cerdas, George. Tingkah Goerge yang penuh
kelucuan, kreatif, sedikit ‘usil’ (namanya juga
monyet), kocak,
bahasa george yang hanya ‘aaa, oooh,
uuh.hahaa, ahaa’ dan mengomentari
tingkahnya hehe. Kami pun tidak bosan
melihat film itu meskipun diulang-ulang
pemutarannya. George, kera cerdas dengan
rasa ingin tahu itu kerapkali menguji
kesabaran namun juga membuat kami
‘sayang’ hehe. Simak saja,
Dalam sebuah episode tentang 100 lusin
donat. Suatu hari si Pria yang secara tidak
sengaja mengajarkan pada George tentang
‘angka nol’ kena batunya. Pagi itu George
mengambil kesimpulan bahwa dengan
menambahkan ‘nol’ dibelakang sebuah angka
dia akan mendapatkan banyak hal dalam
jumlah banyak. Maka pagi itu si Pri
menyuruh George membeli donat dengan
menuliskan kalimat 1 lusin donat. George
dengan penuh semangat berlari ke toko
donut bersama Charky, anjing tetangganya.
Sesampainya di toko donat George yang
berselera makan itu membayangkan ia akan
mendapatkan banyak donut dari si Pria.
Namun, betapa heran George karena Pria
hanya menuliskan ‘1’ di kertas pesanan,
mana tahu george bahwa didekat angka satu
ada kata ‘lusin’ bukan? Maka pikiran
monyetnya segera menyuruhnya
menambahkan ‘0’ didekat satu. Jika ia
menambah satu ‘0’ maka ia akan
mendaptkan 10 donat, dan jika
menambahkan dua ‘0’ maka 100 donut! aha!
George tidak tau bahwa menambahkan dua
‘0’ berarti 100 lusin donat!!!! Bisa Kalian
tebak kan kesudahannya? Sang pemilik toko
senang karena disangkanya akan ada pest
donat. Hahaaaa. Kesudahan episode ini,
George bingung dan menyembunyikan donat-
donat itu diseluruh sudut dirumah. Dan pada
akhirnya si Pria mengetahuinya dan
mengajak George membagi-bagikan donat
kesemua orang. Hhhfffff...
Bagaimana? Jika Anda jadi Pria
Bertopi Kuning dan George adalah anak kiat?
Pasti kita akan panik, marah, kesal, dan
mengomeli anak kita habis-habisan. hmmm
boleh jadi karena Pria sadar bahwa George
‘hanya’ monyet maka ia bisa menahan
amarah. Tapi,ada beberapa pelajaran yang
dengan senyum simpul saya catat dari si Pria
setiap kali film ini berakhir.
1. Pria Bertopi Kuning tidak pernah MARAH
Hehe, seperti yang saya tulis, boleh
jadi Pria menyadari bahwa George hanya
seekor kera. Namun ia tidak pernah marah.
Seusil apapun George dan saat George
melakukan kesalahan dan berakibat sangat
ekstrim pun , Pria selalu tenang dan berusaha
memberikan kalimat positif atau
membesarkan hati George . Biasanya ia
berkata “ Oooh George, kau mungkin belum
tau tentang ini”, “Hmm..Aku belum
mengajarkanmu tentang ini,ya?”, ‘Baiklah
George, mungkin lain kali kau bisa bertanya
sebelum kau melakukan ini” Luar biasa kan?
Tekni REDAM AMARAH dipraktekkan oleh Pria
bertopi kuning dan akhirnya ia dapat sangat
bijak mengatasi semua akibat ulah George.
2. Pria Pendengar Yang baik
Meskipun hanya kera, Pria
memperlakukan George seperti balita. Pria
selalu bertanya, mendengarkan alasan
George, dan memahami keingintahuan
(curiousity ) George. Bagaimana dengan kita?
Mungkin dengan lebih banyak mendengar,
kita juga akan memahami bahwa balita /
anak-anak kita punya potensi luar biasa.
3. Pria Selalu Melibatkan George, Memberi
Kesempatan dan Mempercayai
Pria bertopi kuning selalu mengajak
George disemua petualangan. Ke desa,
memancing, berpetualang, melakukan
penelitian, berkunjung ke semua orang,
mengenalkan pada semua. Pria selalu
memberi George kesempatan mengenali
bentuk, makanan, proses pembuatan sesuatu,
kesempatan untuk memilih sehingga George
menjadi monyet yang cerdik. Pria bertopi
kuning juga mempercayai George dengan
membiarkan George ‘berpetualang’,
menyelesaikan masalah, pergi ketempat
asing. Pria mempercayai George untuk
bergabung dengan banyak orang. Kata-kata
Pria yang saya sukai adalah “Ingat, Jadilah
Monyet yang baik, George” hehe itu
diucapkan saat Pria membiarkan George
‘pergi sendiri’. Kata-kata penuh kepercayaan
ini saya contoh untuk anak saya ketika ia
pergi kesekolah, ikut pergi bersama orang
lain. Saya mengubahnya dengan jadilah
anak yang Sholihah, dan baik hati,Nak!
Mungkin masih banyak pelajaran
yang dapat kita ambil dari Pria bertopi
Kuning dan monyetnya, George. Tapi silakan
Anda mengamatinya. Jika seekor monyet
dapat begitu cerdas dan punya rasa empati
yang tinggi dengan cara pendidikan
demikian, Maka….. anak-anak kita tentu lebih
berhak mendapatkannya.
Minggu, 11 Mei 2014
Curious George
Sabtu, 19 April 2014
TITIK
Setiap kalimat pasti diakhiri oleh titik.
.
.
.
.
.
...........................................................
Apa titik itu?
Begitu juga dengan kehidupan, pasti ada titiknya...
Jumat, 11 April 2014
Gunung
"Hidup ini seperti mendaki gunung, kita harus tau gunung mana yang akan kita daki. Kemudian kita harus siapin bekal yang cukup untuk mendaki gunung itu"
Setelah itu saya diam dan berfikir sejanak
apa yang diucapkannya tadi.
Saya pikir ada benarnya juga, selama ini kita
tidak pernah bisa menterjemahkan dengan
baik apa yang menjadi tujuan kita.
Selama ini saya pun begitu, saya melewati
hari-hari saya seperti sebuah rutinitas dan
bukan seperti sedang berjalan ke sebuah
tujuan.
Kemudian saya bertanya pada diri saya
"Gunung mana yang akan saya daki?",
"Sejauh mana persiapan saya?".
Tapi tetap saya tidak bisa menemukan
jawabanya.
Mungkin sebagaian dari kita terlalu sibuk
menyiapkan bekal tanpa tau gunung mana
yang akan di daki.
Tidak mungkin mendaki Mount Everest
dengan bekal mendaki ke Gunung Semeru
atau pun sebaliknya, akan sangat tidak
berguna juga dengan banyak bekal tapi
mendaki Gunung dengan tingkat kesulitan
yang rendah.
Yang saya dapat dari filosofi teman saya
malam ini adalah mimpi / cita-cita kita akan
selalu berbanding lurus dengan persiapan
untuk menggapainya.
Dan setelah ini saya akan menentukan
Gunung mana yang akan saya daki, agar
saya mampu mempersiapkan segalanya
secara maksimal.
Secangkir Kopi
Dalam sebuah acara reuni, beberapa alumni
menjumpai guru sekolah mereka dulu.
Melihat para alumni tersebut ramai-ramai
membicarakan kesuksesan mereka, guru
tersebut segera ke dapur dan mengambil
seteko kopi panas dan beberapa cangkir kopi
yang berbeda-beda.
Mulai dari cangkir yang terbuat dari kristal,
kaca, melamin dan plastik.
Guru tersebut menyuruh para alumni untuk
mengambil cangkir & mengisinya dengan kopi.
Setelah masing-masing alumni sudah mengisi
cangkirnya dengan kopi, guru berkata:
"Perhatikanlah bahwa kalian semua memilih
cangkir yang bagus dan kini yang tersisa
hanyalah cangkir yang murah dan tidak
menarik.
Memilih hal yang terbaik adalah wajar &
manusiawi.
Namun persoalannya, ketika kalian tidak
mendapatkan cangkir yang bagus perasaan
kalian mulai terusik.
Kalian secara otomatis melihat cangkir yang
dipegang orang lain & mulai
membandingkannya. Pikiran kalian terfokus
pada cangkir, padahal yang kalian nikmati
bukanlah cangkirnya melainkan kopinya.
'Hidup kita seperti kopi dalam analogi di atas,
sedangkan cangkirnya adalah pekerjaan,
jabatan, dan harta benda yang kita miliki.
Jangan pernah membiarkan cangkir
mempengaruhi kopi yang kita nikmati.'
Cangkir bukanlah yang utama, kualitas kopi
itulah yang terpenting.
Jangan pernah berpikir bahwa kekayaan yang
melimpah, karier yang bagus & pekerjaan
yang mapan merupakan jaminan kebahagiaan
kita.
Itu konsep yang sangat keliru. Kualitas hidup
kita ditentukan oleh 'Apa yang ada di dalam'
bukan "Apa yang kelihatan dari luar".
Apa gunanya kita memiliki segalanya, namun
kita tidak pernah merasakan damai dan
kebahagiaan di dalam kehidupan kita? Itu
sangat menyedihkan, karena itu sama seperti
kita menikmati kopi basi yang disajikan di
sebuah cangkir kristal yang mewah dan
mahal.
"Kunci menikmati kopi bukanlah seberapa
bagus cangkirnya, tetapi seberapa bagus
kualitas kopinya."
Kamis, 03 April 2014
SRIGALA
Srigala vs Manusia
Banyak persamaan sifat manusia yang dipunyai serigala (baik/buruk).
Ya memang, sifat manusia terkadang dimiripkan dengan hewan, terutama serigala. Tapi, bagaimana jika srigala melawan manusia (dalam arti luas, tidak hanya berkelahi)? Jawabannya jelas manusia yang menang. Bahkan bisa dikatakan manusialah yang paling menang dan paling kejam karena pada dasarnya manusia itu pasti memiliki sifat tamak, rakus dll. Dalam kenyataannya memang seperti itu, bahwa manusia itu lebih kejam daripada hewan yang paling buas sekalipun contoh serigala.
Akan tetapi, ada filosofi lain yang bersifat baik dari serigala salah satunya baiknya, ketika mereka mengaum/meraung selalu menghadap keatas itu salah satu bukti selalu ingat kepada pencipta-Nya. Bagaimana dengan manusia? Manusia sangat beragam, karena manusia memiliki kemampuan untuk berpikir, dari kemampuan berpikir inilah yang membuat manusia ada yang lalai ada yang ingat pada Tuhan. Dari situlah kita sebagai manusia harusnya bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Tuha kepada manusia. Maka dari itu manusia yang baik adalah manusia yang selalu ingat kepada Tuhan dan bersyukur atas apa yang telah diberikan tuha kepada kita.
Makassar
Makassar memang
menawarkan daya tarik tersendiri,
apalagi Makassar merupakan
sebuah kota besar di propinsi
Sulawesi Selatan. Adapun kota
Makassar ini menjadi sebuah
destinasi wisata yang peminatnya
juga banyak sekali dari berbagai
kota kecil di sekitarnya.
Pantai Losari
Pantai Losari merupakan icon Kota
Makassar. Pantai ini dulunya merupakan
pantai dengan meja terpanjang di dunia,
karena warung-warung tenda yang berjejer
di sepanjang tanggul pantai. Namun saat ini
warung-warung tersebut telah direlokasi ke
tempat yang tidak jauh dari kawasan
wisata. Pemerintah Kota Makassar telah
memperindah pantai ini dengan membuat
anjungan, sehingga lebih bersih dan nyaman
untuk dikunjungi. Di sekitar pantai ini
terdapat banyak kafe-kafe dan restoran
yang menyajikan makanan laut yang masih
segar. Selain itu, pengunjung juga dapat
menikmati makanan khas Kota Makassar,
seperti pisang epek, pisang ijo, coto
Makassar, sop konro, dan lain sebagainya.
Disepanjang pantai banyak juga terdapat
penginapan, baik hotel kelas melati sampai
hotel berbintang. Terdapat juga rumah sakit
dan pusat perbelanjaan emas serta
kerajinan/souvenir khas Makassar. Lokasi
pantai ini terletak di Jantung Kota Makasar,
yaitu di Jalan Penghibur sebelah barat Kota
Makassar.
Fort Rotterdam
Fort Rotterdam ini awalnya dibangun pada
tahun 1545 oleh Raja Gowa X dengan nama
Benteng Ujung Pandang. Di dalamnya
terdapat rumah panggung khas Gowa di
mana Raja dan keluarganya tinggal. Pada
saat Belanda menguasai are Banda dan
Maluku, mereka mutuskan untuk
manaklukkan Kerajaan Gowa agar armada
dagang VOC dapat masuk dan merapat dengan mudah di Sulawesi. Dalam usahanya menaklukkan Gowa, Belanda menyewa pasukan dari Maluku. Selama setahun lebih Benteng digempur, akhirnya Belanda berhasil masuk serta menghancurkan rumah Raja dan seisi Benteng. Pihak Belanda memaksa sultan Hasanuddin untuk menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667, dimana salah satu pasal dalam perjanjian tersebut mewajibkan Kerajaan Gowa menyerahkan Benteng kepada Belanda. Setelah Benteng diserahkan kepada Belanda, Benteng kembali dibangun dan ditata sesuai dengan arsitektur Belanda kemudian namanya diubah menjadi Ford Rotterdam. Benteng ini kemudian digunakan sebagai pusat pemerintahan dan penampungan rempah-rempah di Wilayah Indonesia Timur.
Pada masa penjajahan Jepang, Benteng ini difungsikan sebagai pusat studi pertanian dan bahasa. Kemudian TNI dijadikan sebagai pusat komando. Dan sekarang Benteng ini menjadi pusat kebudayaan dan seni. Di dalam Benteng ini terdapat beberapa ruang tahanan/penjara yang slaah satunya digunakan untuk menahan Pangeran Diponegoro. Selain itu, terdapat juga sebuah gereja peninggalan Belanda dan Meseum La Galigo yang menyimpan kurang lebih 4.999 koleksi. Koleksi tersebut meliputi koleksi prasejarah, numismatic, keramik asing, sejarah, naskah, dan etnografi. Koleksi Etnografi ini terdiri dari berbagai jenis hasil teknologi, kesenian, peralatan hidup dan benda lain yang dibuat dan digunakan oleh suku Bugis, Makassar, Mandar, da Toraja. Saat ini, selain sebagai tempat wisata bersejarah, Benteng ini juga dijadikan sebagai pusat kebudayaan Sulawesi Selatan.
Minggu, 30 Maret 2014
Kerajinan caping gunung
Dhek jaman berjuang
Njuk kelingan anak lanang
Biyen tak openi
Ning saiki ana ngendi
Jarene wis menang
Keturutan sing digadang
Biyen ninggal janji
Ning saiki apa lali
Ning gunung
Tak jadongi sega jagung
Yen mendung
Tak silihi caping gunung
Sukur bisa nyawang
Gunung desa dadi reja
Dene ora ilang
Gone padha lara lapa
Artinya:
Ketika masa perjuangan
Ku teringat putraku
Dulu aku rawat
Namun sekarang entah di mana
Katanya sudah merdeka
Terpenuhi apa yang diinginkan
Dulu dia berjanji
Namun sekarang apakah alpa
Di gunung
Kubekali nasi jagung
Kalau mendung
Kupijami caping gunung
Syukurlah jika dia bisa melihat
Kini gunung desa makin ramai
Hingga takkan hilang
Kenangan dulu ketika susah
Caping adalah penutup kepala yang
terbuat dari bambu, begitu teduh jika
dipergunakan disaat panas dan terik
mentari menyinari bumi, ketika masih kecil dulu masih ku temui masyarakat menggunakan caping ini, terutama jika ingin ke sawah, tenggalan, mencari rumput dan ke pasar. Membuat caping diperlukan
ketrampilan dalam menganyam
bambu, tanpa sebuah ketrampilan danketekukan serta ketelitian anyaman caping tidak akan berbentuk. Dan disinilah sebuah filosofi hidup dari pengrajin caping ini terbentuk. Sebuah pribadi yang sabar dan teliti dari pengrajin-pengrajin caping ini.
Kalau anda pernah mendengar CapingGunung, atau capil yang terbuat dari bambu di desa Ringinagung Magetan lang tempat
produksinya. Adapun kantor desa Ringin agung terletak di Jalan Karya Dharma no. 1 Magetan. Kalau
anda dari perempatan Selosari atau
bundaran Selosari maka untuk menuju desa Ringinagung anda ambil jalan ke selatan lurus dan mentok, kemudian belok kanan,
kira-kira 10 meter anda sudah sampai di lokasi. Kalau anda dari arah selatan alun-alun Magetan maka anda ambil arah ke barat,
kemudian belok kiri masuk jalan Karya Dharma, dan anda susuri jalan tersebut, kurang lebih jaraknya 500 meter anda sudah sampai di kantor desa Rininagung Magetan.
Jumat, 14 Maret 2014
Kasta dalam masyarakat
Dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat umum kita secara tidak langsung menerapkan sistem kasta. Sistem kasta ini terkadang membuat adanya batasan, baik dalam intetaksi secara langsung maupun tidak langsung. Ini pernah saya alami, ketika saya kecil saya dibesarkan di lingkungan yang terpinggirkan.